Kupersembahkan untuk istriku yang ananda cintai..
istriku.. ini adalah aa sewaktu berziarah di makam madegan sampang. disini ada makam Ratu ibu. Bukan ratu ibu Bangkalan. tapi ini adalah buyut mertua dari ratu ibu airmata bangkalan.
Istriku.. aku berharap jika Allah mempercayakan kita putra atau putri, mudah-mudahan ia bisa meneladani akhlak nabinya, dan akhlak leluhurnya yang bertakwa.
Memasuki areal situs komplek pemakamam
Ratu Ibu yang terletak di Kampung Madegan, Kelurahan Polagan, Kec.
Sampang Kota, siapa pun pasti tidak akan pernah menyangka bahwa tempat
itu merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan Sampang. Pasalnya, kondisi
situs itu sangat memprihatinkan. Sejumlah benda peninggalan sejarah
sudah banyak yang tidak utuh lagi.
Untuk menuju komplek makam terdapat
sebuah bangunan gapura, sebagai pintu masuk kompleks pemakaman para
raja, serta makam Ratu Ibu yang sangat dikeramatkan oleh warga setempat.
Ironisnya, dinding gapura yang terbuat dari batu itu warnanya terlihat
suram dan hampir roboh tergerus zaman.
Demikian pula nasib cungkup makam Ratu
Ibu, serta makam yang lain, tampak sekali tidak mendapat perawatan. Batu
nisannya sudah tidak berbentuk lagi, bahkan sebagian telah hilang. Itu
sangat menyulitkan bagi siapa pun untuk mengetahui nama-nama jazad yang
terdapat dalam batu nisan tersebut.
Namun, sayangnya, selama ini tidak ada
upaya dari Pemkab Sampang untuk melestarikan cagar budaya yang masih
tersisa itu. Padahal, menurut data arkeologi dan pakar sejarah, pada
daun pintu gapura paduraksa yang berada di komplek makam Ratu Ibu itu
terdapat relief berupa seekor naga yang terpanah tembus sampai ekornya.
Relief tersebut dinyatakan sebagai
sangkala memet yang berbunyi naga kapanah titis ing midi. Itu berarti
tahun 1546 caka (1624 masehi). Berdasarkan catatan sejarah, 1624 masehi
merupakan peristiwa pengangkatan Raden Praseno sebagai raja Madura
dengan gelar pangeran Cakraningrat I yang berkedudukan di kampung
Madegan tersebut.
Raden Praseno adalah anak dari Ratu
Ibu dengan Pangeran Tengah yang gugur dalam peperangan ketika Praseno
masih kecil. Pangeran Tengah adalah anak dari Panembahan Lemah Duwur,
seorang raja yang berjasa meletakkan dasar-dasar kepemimpinan Islam di
Madura, khususnya di Kabupaten Sampang.
Dialah pendiri Masjid Madegan,
satu-satunya bangunan di situs tersebut yang sampai saat ini masih
terawat dengan baik. Masjid yang kabarnya tertua di Sampang itu memiliki
keunikan, yaitu 4 tiang penyangga bangunan semuanya miring ke kiri.
Meski warga setempat sudah bebebapa kali memperbaiki letak pilar
penyangga yang terbuat dari kayu jati tersebut, tetapi tetap saja
kembali dalam posisi semula.
“Karena masyarakat mempercayai akan
kekeramatan masjid tua itu, sehingga tempat tersebut sering dijadikan
sebagai ritual sumpah pocong. Pengunjung yang datang tidak hanya warga
setempat, tapi dari luar Sampang bahkan luar Madura sering melakukan
sumpah. Jika salah satu pihak yang bersengketa ternyata bersalah, kalau
yakin akan meninggal atau bakal menemui musibah,” tutur Muhni, warga
setempat.
Kini, di era kepemimpinan Bupati Noer
Tjahja, bangunan yang mempunyai nilai sejarah itu, akan dipugar dan
diperbaiki. Rencananya, situ situ akan dikembangkan sebagai salah satu
ikon yang akan menarik minat wisatawan untuk mendongkrak Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di sektor pariwisata. Namun, rencana tersebut tidak bisa
terealisasi karena tim panggar legislatif tidak setuju dengan pemugaran
situs itu. (Achmad Hairuddin)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar